Minggu, 20 Januari 2013

Cerpen tentang Manusia dan Harapan


☼ Menanti di Pelataran Harapan 

Segalanya berawal ketika benang usiaku menginjak 20 tahun. Usia belia yang penuh warna-warni, syarat dengan permainan dan pencarian jati diri. Dia salah satu dari teman baikku waktu itu. Entah pertimbangan dan keberanian apa yang dia miliki hingga tiba-tiba pinangannya datang padaku. Hanya Allah yang tahu apakah ada ketulusan dan niat baik ataukah sebatas emosi dibalik tawarannya. Kami hanya sebatas teman meski dia pernah menyatakan niat ta'arufnya padaku. Saat itu aku hanya tersenyum padanya. Ada satu keraguan bahwa aku tidak menemukan ketenangan di dalamnya.

Aku tidak mengerti mengapa aku selalu merasa tidak yakin dan takut tiap aku memikirkan tawarannya dan hidup bersamanya. Mungkin karena aku tidak merasakan sesuatu terhadapnya dan karena aku masih belum bisa melakukan banyak hal untuk orang-orang yang aku sayangi. Sebab itu aku kemudian menolaknya. Aku membagi semua ini pada seorang teman sebut saja namanya "Nur". Entah bagaimana awalnya kami mulai berteman di pertengahan tahun 1999. Dia begitu pendiam sebab itu aku menyukainya, tentu saja sebagai sahabat.

Waktu terus berjalan sampai aku mendapatkan hatiku ada pada seseorang. Masa lalunya begitu buruk. Aku jadi teringat, dulu aku begitu membenci orang-orang seperti ini. Akan tetapi cinta memang tak bisa ditolak, datang tanpa permisi dan pergi tiba-tiba. Kebiasaan buruk sudah dia tinggalkan meski belum sepenuhnya. Sebenarnya dia orang yang hebat, teguh dengan prinsip dan setia. Aku tak pernah tau mengapa aku menyukainya.

Kembali keraguan itu mengusik ketenangan. Hati kecilku mengatakan dia bukan untukku. Bukan karena latar belakangnya, tetapi aku merasakan sesuatu yang lain dan sepertinya dia memang bukan untukku. Ternyata firasat itu benar. Meski sudah lama dia menaruh harapan padaku, tetapi aku tidak pernah menyadari dan aku terlambat memilihnya, sebab dia sudah terlanjur bersama yang lain. Semua harus berakhir karena aku menghargai prinsipnya dan karena aku tak mau mengkhianati kaumku. Aku merasa sangat hancur. Sekali lagi aku membagi kesedihan ini bersama Nur sahabat terbaikku. Dia selalu mendengarkan semua ceritaku dan mengatakan bahwa segalanya pasti akan beres. Aku amat bersyukur memiliki sahabat sebaik dia. Subhanallah...

Di tengah kekosongan dan nyaris putus asa, aku bertemu dengan teman SMP, tanpa diduga dia pun menaruh harapan sejak SMP dulu, dan meminta aku menjadi yang istimewa. Dia baik, namun aku tak bisa membalasnya. Rasanya sedih sekali aku harus menyakiti hati orang-orang yang menyayangiku. Aku tak mau berpura-pura menyukai orang dan aku tak mau berpacaran. Seandainya waktu itu aku menerimanya mungkin dia juga meminangku. Sebab dari cara bicaranya kerap sekali menuju ke arah sana meski itu samar. Usia kami hanya terpaut 1 tahun. Sekali lagi aku tidak yakin dapat hidup bersamanya. Dia menghilang dan 2 tahun kemudian aku tau dia sudah menikah dengan seseorang,... "Selamat untuk kalian" batinku berbisik pelan.

Waktu kian beranjak dewasa, aku masih tetap dengan aktivitasku. Dimana semua itu mengantarkanku pada persahabatan yang lebih tulus dengan Nur. Kebersamaan itu mendekatkan kami hingga kami tak menyadari adanya perubahan. Kami baru tersadar saat kami berada di batas persahabatan dan cinta. "He is my very best friend i have ever had". Kami sama-sama takut melampaui batas-batas persahabatan yang sudah lama kami bina. Akan tetapi ketakutan itu justru mengikrarkan segalanya tanpa kami sadari. Tidak pernah terpikir bahwa aku akan benar-benar mencintainya. Kenyataan memang tak seindah mimpi dan asa. Meski aku tau dia menyayangiku tapi jauh hati kecilku berbisik bahwa dia bukan untukku. Pada akhirnya ketidakpastian itu membawanya pergi dari asa-asa kami, dan aku mengikhlaskannya. Beberapa tahun kemudian aku mengetahui dia sudah menemukan cintanya dan menikah bersamanya. "Sekali lagi selamat untuk kalian berdua".

Aku sudah tak lagi memikirkan itu. Lebih baik aku pasrah dan melakukan hal-hal lain yang lebih penting yang bisa aku kerjakan. Di tengah kesendirian dan nyaris putus asa itulah datang seorang teman lama, menyatakan maksud hatinya dan ingin berniat baik padaku. Mengajak aku menikah. Saat itu usiaku menginjak 24 tahun dan dia 25 tahun. Aku memaksakan diri menerimanya. Aku benci pada diri sendiri sebab selalu merasa tidak yakin dengan niat baik itu. Aku belajar menerimanya tapi aku justru tersiksa. Akhirnya aku mengakhiri ta'arufnya secara sepihak, syukurlah dia mau mengerti dan tetap bersedia menjadi sahabatku. Beberapa bulan kemudian dia bilang bahwa dia sudah bertunangan, dan aku ikut berbahagia untuknya. Syukurlah jika benar demikian.

Aku sengaja menjaga jarak darinya, dan biasanya dia yang selalu menghubungiku. Hingga tiba waktu dimana kami tak saling tukar berita sekitar 3 bulan. Tiba-tiba saja aku merindukannya padahal selama ini hal itu tak pernah terjadi. Aku berusaha menghubunginya tapi tak pernah berhasil. Suatu hari aku menerima pesan darinya menanyakan tentang keadaanku. Aku manfaatkan kesempatan itu untuk meminta bantuannya mengenai proposal yang sedang aku buat. Lega sekali rasanya bisa mendengar suaranya kembali dan esoknya dalam pesan singkatnya secara tak langsung dia memberitahu aku bahwa dia telah beristri. Batin aku menyesal. Mengapa aku menyia-nyiakannya? Selama ini aku sudah menyia-nyiakan banyak orang dan penyesalan selalu datang terlambat.

Kini usiaku sudah menginjak 1/4 abad, tak ada lagi semangat seperti muda dulu. Bahkan aku sudah kehilangan banyak kesempatan dan teman baik. Sementara niat untuk segera menyempurnakan 1/2 dien tak bisa lagi dipungkiri. Teman-teman sebaya sudah menikmati rumah tangganya masing-masing. Hanya pada Mu ya Rabb aku berserah diri. Engkau pasti sudah menyediakan seorang pilihan terbaik untukku. Tegarkan hati ini setegar hatinya, dan sabarkan kami menanti masa itu tiba... Allaahumma Aamiin.

PERBANDINGAN IDEOLOGI KOMUNIS, LIBERAL DAN PANCASILA

A.    Ideologi Pancasila

            Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai  ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas, normatif, dan realitas.



B.     Liberalisme

Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.

Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.



C.    Komunisme

Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut anti Liberalisme.

Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai.



D.    Sosialisme

Sosialisme merupakan ideologi yang lebih mengedepankan persamaan / pemerataan derajat antar masyarakatnya. Ideologi Sosialisme berpandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri – sendiri. Kerja sama atau gotong royong akan membuat kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih baik.

Sosialisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan dapat bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya ialah mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai, memberikan ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang. 



Perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.

       IDEOLOGI

ASPEK

LIBERALISME

KOMUNISME

SOSIALISME

PANCASILA
POLITIK HUKUM







EKONOMI







AGAMA








PANDANG-AN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARA-AT



CIRI KHAS
-     Demokrasi liberal
-     Hukum untuk melindungi individu
-     Dalam politik mementingkan individu




-   Peran negara kecil
-   Swasta mendominasi
-   Kapitalisme
-   Monopolisme
-   Persaingan bebas

-   Agama urusan pribadi
-   Bebas beragama
·  Bebas memilih agama
·  Bebas tidak beragama


-   Individu lebih penting dari pada masyarakat
-   Masyarakat diabdikan bagi individu


-   Penghargaan atas HAM
-   Demokrasi
-   Negara hokum
-   Reaksi terhadap apsolutisme






-   Demokrasi rakyat
-   Berkuasa mutlak satu parpol
-   Hukum untuk melanggengkan komunis



-   Peran negara dominan
-   Demi kolektivitas berarti demi negara
-   Monopoli negara

-   Agama candu masyarakat
-   Agama harus dijauhkan dari masyarakat





-   Individu tidak penting
-   Masyarakat tidak penting
-   Kolektivitas yang dibentuk negara lebih penting

-   Atheisme
-   Dogmatis
-   Otoriter
-   Ingkar HAM
-   Reaksi terhadap liberalesme dan kapitalisme
-   Demokrasi untuk kolektivitas
-   Diutamakan kebersamaan
-   Masyarakat sama dengan negara



-   Peran negara ada untuk pemerataan
-   Keadilan distributif yang diutamakan


-   Agama men dorong perkembangan-nya kebersama-an





-   Masyarakat lebih penting dari individu






-   Kebersamaan
-   Akomodasi
-   Jalan tengah
-   Demokrasi Pancasila
-  Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaban individu dan masyarakat


-  Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli, yang dirugikan rakyat



-  Bebas memilih salah satu agama
-  Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara


-Individu diakui keberadaanya
-  Masyarakat diakui keberadaannya






- 
Individu akan punya arti apabila hidup di tengah masyarakat

-  Keselarasan keseimbangan, dan keserasian dalam setiap aspek kehidupan


MANUSIA DAN HARAPAN


MANUSIA DAN HARAPAN



A. PENGERTIAN HARAPAN.

Setiap manusia mempunyai harapan yang berbeda-beda. Manusia tanpa adanya harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan itu sendiri. Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan kita.

B. HARAPAN DAN CITA-CITA

Harapan hampir mirip dengan cita-cita, hanya saja biasanya cita-cita itu adalah sesuatu yang diinginkan setinggi-tingginya, sedangkan harapan itu tidak terlalu muluk. Meskipun demikian, harapan dan cita-cita memiliki kesamaan, yaitu :
1. Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud.
2. Pada umumnya baik cita-cita maupun harapan adalah menginginkan hal yang lebih baik atau lebih meningkat.

C. SEBAB-SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN

Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain.
Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah :
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamaanan (safety).
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

D. PENGERTIAN KEPERCAYAAN

Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena hasil penyelidikan sendiri, melainkan karena diterima orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang itu dipercaya. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberikan Tuhan, baik langsung atau tidak langsung kepada manusia.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.

3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban.
Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.
5. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP


 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

 A.    PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP

Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Sedangkan pandangan hidup itu sendiri bersifat kodrati. karena itu menentukan masa depan setiap manusia. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup itu sendiri. Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

Pandangan hidup itu banyak sekali macam dan ragamnya. Dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya ada 3 macam, yaitu :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

B.    CITA-CITA

Cita-cita adalah keinginan, harapan dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Itu semua merupakan yang harus diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Apabila cita-cita itu tidak bisa terpenuhi, maka cita-cita itu sendiri di sebut dengan angan-angan.
Diantara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Ada 3 faktor yang mempengaruhi untuk mencapai cita-cita tersebut, yaitu :
1. Faktor Manusia, tergantung dari dirinya sendiri apa dia mau mencapai cita-citanya atau tidak. Dan harus dilakukan dengan usaha nya sendiri.
2. Faktor kondisi, sesuai kondisi yang sedang dia rasakan. Apa dia bisa menempati sesuai kondisi yang dia alami atau tidak.
3. Faktor tingginya cita-cita, semakin tinggi cita-cita kita semakin besar pula usaha yang harus kita lakukan tergantung apa cita-cita yang kita inginkan.

C.   KEBAJIKAN

Kebajikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya : manusia yang hidup bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, manusia saling tolong menolong dan saling menghargai sesama umat manusia. Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Ada3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :
1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
2. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik maupun tidak baik.
3. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.

D.   USAHA / PERJUANGAN

Usaha atau perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan suatu cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan. Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Bila kita menginginkan sukses kunci nya kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan tekun, rajin dan giat.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap kemakmuran antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.

E.   KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan allah. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat yaitu :
1. Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari allah.
2. Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah logika atau akal. Manusia mengutamakan akal dan dengan akal manusia berpikir.
3. Aliran Gabungan
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib misalnya kekuatan yang berasal dari allah dan percaya adanya allah sebagai dasar keyakinan.

Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia adalah makhluk Tuhan yang diberikan akal dan pikiran, serta hati.secara psikologi karakter manusia terbentuk dari tiga unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa nafsu.ketiganya ini harus barjalan dengan seimbang dan saling mengendalikan satu sama lain untuk menjadikan karakter yang baik pada manusia tersebut.Maka, manusia semasa hidupnyadalam setiap pekerjaan dan kegiatannya selalu menggunakan ketiga unsur tersebut,sejak dilahirkan, manusia tentu saja telah memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai macam pengalaman semasa hidupanya samapi dia dewasa. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya pandangan hidup yang berbada – beda pada setiap orang.