Senin, 14 Oktober 2013

Upacara Adat

GREBEG MAULUD


       Grebeg Mulud adalah salah satu acara rutin tiap tahun di Keraton Surakarta.
Acara ini memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Pada moment ini akan dikirab Gunungan Tumpeng Raksasa dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta.
Pada hari itu ribuan warga Surakarta dan sekitarnya tumplek blek untuk ngalap berkah. Banyak yang berasal dari Sragen, Karanganyar, Wonogiri dan daerah-daerah lain yang lebih jauh.
      Dalam acara ini berkumpul semua abdi dalem Keraton Surakarta, juga kerabat keraton.
Patut disayangkan, Gunungan Tumpeng raksasa yang seharusnya didoakan dulu di Masjid Agung, sebelum sempat doa dipanjatkan sudah menjadi rebutan warga yang ngalap berkah. Suasana sangat ramai dan situasi sangat sulit untuk mengabadikan moment tersebut mengingat banyaknya orang yang ada disana saling berdesak desakan.
       Tatacara yang dilaksanakan adalah seperti pada Grebeg Pasa. Grebeg Muludlah yang prospeknya cerah dan banyak mengundang para pengunjung, oleh karena itu akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut.
Setelah perayaan sekaten berlangsung 7 hari, maka tepat tanggal 12 Rabiulawal, yakni hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, diadakan upacara selamatan dengan sesaji “Gunungan” yang diselenggarakan oleh Sinuhun Paku Buwana. Puncak perayaan sekaten itu berbarengan dengan Grebeg Mulud Nabi, serta dipusatkan di Masjid Agung yang terletak di sebelah barat Alun-Alun utara.
      Peresmian selamatan ini dimulai dengan pasewakan, Ingkang Sinuhun memerintahkan Pepatih Dalem untuk menyampaikan perintah kepada Kyai Penghulu Tapsiranom agar memimpin upacara selamatan Mulud Nabi Muhammad SAW serta membacakan doa seperlunya. Perjalanan rombongan pembawa sesaji “gunungan” dari Karaton serta didahuluioleh tarian.
      Dalam iring-iringan dari halaman Kamandungan menuju Masjid Besar, berjalan paling depan gunungan laki-laki berselang dengan gunungan perempuan, sedang diantaranya terdapat anak-anak (saradan). Di belakangnya adalah ancak-canthoka dalam formasi berjajar dua-dua. Perjalan diapit oleh abdidalem panewu mantri. Dibelakang sendiri berjalan seorang Bupati Pangreh Praja sebagai penutupnya.
      Setelah rombongan sampai di serambi Masjid Besar maka Pepatih Dalem memberitahukan hajat Ingkang Sinuhun kepada Kyai Penghulu Tafsiranom serta minta dibacakan doa menurut semestinya.